Selamat Datang Di Blog Rian Maulana

Sabtu, 04 September 2010

Kisah Cinta Muhammad & Khadijah

0 komentar

Muhammad semenjak kecil mengisi harinya dengan menggembalakan ternak terutama kambing dan domba, bahkan ketika semakin dewasa semakin banyak ternak yang digembalakannya, baik milik sendiri dan keluarga Abu Thalib, maupun titipan dari penduduk Makkah yang mengupahnya untuk menggembalakan ternak mereka. Profesi ini seakan telah ditetapkan oleh Tuhan kepada orang-orang pilihan-Nya yang dipersiapkan sebagai utusan-Nya. Hampir semua nabi ditetapkan oleh Allah sebagai penggembala kambing atau domba, Musa, Yakub, maupun Isa. Ini adalah salah satu ciri kenabian seseorang yang telah ditetapkan Allah.

Pada saat-saat tertentu, Muhammad juga berdagang membantu perdagangan milik Abu Thalib atau barang dagangan titipan dari orang lain. Pada usia 12 tahun untuk pertama kalinya dia diajak pamannya, Abu Thalib, berdagang keluar tanah Arab, yaitu ke daerah Syam. Dengan hasil perdagangan dan ternak, penghidupan Muhammad dan keluarga Abu Thalib semakin bagus pada saat ia semakin dewasa. Semakin lama, semakin banyak ternak yang digembalakan oleh Muhammad, baik milik pribadi dan keluarga Abu Thalib, maupun milik masyarakat Makkah. Selain itu, perdagangannya dari barang dagangan yang dititipkan maupun milik pribadi juga semakin banyak dan menuai sukses. Walhasil, pada usia 24-an tahun, Muhammad merupakan salah satu orang yang cukup kaya di Makkah dari hasil ternak dan perdagangan, namun dia tetap dipercaya orang untuk menjualkan barang dagangan mereka, ini membuktikan bahwa Muhammad merupakan tipe orang yang jujur dan bisa dipercaya. Puncaknya, pada usia 25-an dia diberi kepercayaan oleh seorang pedagang besar dan merupakan seorang janda kaya untuk membawakan dagangannya ke negeri Syam, dia adalah Khadijah. Seluruh perdagangannya sebelum itu dibawakan oleh para pekerjanya sendiri. Namun, melihat kesuksesan dan keuntungan yang diperoleh Muhammad dan pedagang lain yang mempercayakan dagangan mereka kepada Muhammad, maka Khadijah memberikan kepercayaan kepada Muhammad untuk memimpin kafilah/rombongan dagang miliknya, meskipun pada saat itu Khadijah mengikutsertakan seorang pembantu kepercayaannya yang bernama Maisarah untuk mengawasi perdagaanngn tersebut. Singkat cerita, perdagangan sukses dan banyak laba yang masuk, Khadijah semakin mempercayai Muhammad, dan beberapa bulan kemudian Khadijah meminta keluarganya untuk melamar Muhammad bagi dirinya.

Dari rangkaian cerita diatas, seakan-akan alasan Khadijah menikah dengan Muhammad semata karena Muhammad terbukti sebagai pedagang yang terkenal jujur, dapat dipercaya, dan sukses. Apakah memang seringkas itu? Apakah sesederhana itu? Jika dipikirkan dengan objektif, tentu saja kurang masuk akal atau terlalu ringkas cerita yang disampaikan disana. Nah, dalam hal ini beberapa ahli berusaha mengungkap dan membahas beberapa hal yang kurang diperhatikan oleh banyak kalangan mengenai alasan utama Khadijah bersedia menikah dengan Muhammad. Pendapat ini menyatakan bahwa salah satu hal yang menyebabkan Khadijah ingin menikah dengan Muhammad adalah karena Khadijah tahu bahwa ada ciri-ciri kenabian dalam diri Muhammad / calon nabi. Bagaimana bisa demikian? Apa dasar dari pendapat ini? Lantas mengapa Muhammad mau menikah dengan janda berusia 40 tahun disaat umurnya baru 25 tahun? Bahkan, pada saat menikahi Khadijah tersebut Muhammad memberikan mahar pernikahan kira-kira 100 ekor unta yang pada masa sekarang kurang lebih harganya sama dengan satu sedan Mercedes Benz terbaru atau lebih dari 1 milyar rupiah.

Dalam hal ini, Muhammad bersedia menikah dengan Khadijah dikarenakan berbagai pertimbangan, diantaranya adalah:

1. Muhammad mengenal dengan baik segala hal mengenai keluarga Khadijah dan silsilahnya, sehingga paham bahwa Khadijah berasal dari keluarga terhormat dan beretika, dimana pada masa itu di Makkah sukar ditemukan keluarga yang tidak menyembah berhala dan menjalankan adat jahiliyah.
2. Silsilah Muhammad dan Khadijah terpaut tidak terlalu jauh, yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah. Sedangkan Khadijah bint Khuwaylid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Dengan demikian ada pertemuan silsilah antara keduanya.
3. Khadijah meskipun berusia lebih tua dan janda, namun dikalangan penduduk Makkah terkenal berpribadi luhur, berakhlaq mulia, tidak menyembah berhala, dermawan, kemungkinan beragama nasrani (kristen unitarian) karena beberapa tetua dan pemimpin keluarganya adalah ahli kitab dan ahli bahasa kuno.

Itulah beberapa pertimbangan dari Muhammad untuk menerima Khadijah menjadi istrinya. Sedangkan dari Khadijah sendiri memiliki pertimbangan lain, yang diataranya adalah karena dia tahu bahwa Muhammad adalah calon nabi. Apa dasar dari pendapat ini? Pendapat yang menyatakan bahwa Khadijah sudah melihat adanya ciri kenabian pada diri Muhammad bahkan sebelum mereka menikah adalah:

1. Keluarga besar Khadijah, terutama para tetua, kakek, dan pemimpin keluarganya adalah ahli kitab (Injil dan Taurat) yang paham betul nubuat dan penafsiaran dari kitab sucinya secara langsung dalam bahasa kuno (Ibrani dan Aramic) sebagai bahasa kitab suci mereka pada masa dahulu kala, bukan sekedar dari terjemahan didalam bahasa harian mereka (Arab). Keadaan keluarga ini memang kurang dibahas dengan mendetail.
2. Ada sebuah cerita tambahan (bagian ini kurang dibahas para ahli sejarah), menyebutkan bahwa beberapa waktu sebelum Muhammad lahir, saudara sepupu Khadijah pernah pula akan dinikahkan dengan Abdullah, ayah Muhammad, namun gagal. Uraian cerita ini kembali ke masa sebelum tahun 571M, beberapa tahun sebelum kelahiran Muhammad yang pada saat itu Khadijah berusia kira-kira 14-15 tahun. Seorang pamannya (ahli kitab) melihat adanya ciri kenabian pada diri Abdullah bin Abdul Muthalib dan setelah diperhatikan dengan seksama dan penuh keyakinan maka bersegeralah ia melamar Abdullah untuk putrinya (sepupu Khadijah, mungkin usianya sebaya atau lebih tua sedikit dibanding Khadijah). Namun Allah berkehendak lain, Abdullah dipertemukan dengan Aminah bint Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab, dan akhirnya menikahinya. Paman Khadijah yang gagal melamar Abdullah tetap percaya adanya ciri kenabian pada diri Abdullah, oleh sebab itu maka ia memberitahukan segala hal tersebut kepada segenap keluarga besarnya termasuk didengar pula oleh Khadijah sendiri. Namun, dengan kematian Abdullah diusia muda setelah menikah dengan Aminah (bahkan ketika anaknya belum lahir), para ahli kitab dari keluarga ini melihat ciri kenabian yang lebih jelas terlihat pada diri anaknya, yaitu Muhammad bin Abdullah. Pada masa itu, keluarga Asad ini menutup informasi ini dari orang lain karena dalam nubuat kitab suci mereka juga disebutkan bahwa orang-orang sesat yang tahu dengan keberadaan calon nabi itu pastilah akan berusaha membunuhnya. Alasan ini diperkuat dengan pertemuan rombongan dagang Abu Thalib yang disertai Muhammad pada saat berusia 12 tahun ketika berdagang ke Syam dengan seorang rahib bernama Bukhaira yang juga melihat adanya ciri kenabian pada diri Muhammad dan percaya bahwa dia adalah nabi yang dijanjikan, dan dalam pertemuan itu dia mewasiatkan kepada Abu Thalib untuk segera pulang ke Makkah dan menjaga Muhammad dengan cermat karena sebagai calon nabi dia banyak dicari untuk dibunuh oleh kaum yang sesat dan tahu akan nubuat dalam kitab suci mereka.


Itulah beberapa alasan kenapa Khadijah ingin menikah dengan Muhammad meskipun usianya jauh lebih tua dan paham betul bahwa orang yang baik tidak akan menikah hanya sekedar melihat usia dan kecantikan semata. Dan juga Khadijah percaya bahwa perkiraan tetua keluarganya yang menyatakan bahwa Muhamad adalah calon nabi yang dijanjikan adalah sesuatu yang benar. Jadi kepercayaan pada diri Khadijah kepada kenabian Muhammad tidaklah setelah turunnya wahyu, namun jauh sebelum itu. Oleh karena itu, begitu Muhammad menerima wahyu yang pertama, Khadijah langsung menghadap pamannya, Waraqah bin Naufal, salah satu ahli kitab di keluarganya yang paham isi Injil dan Taurat, mampu berbahasa Ibrani, namun sudah tua dan buta. Ketika Khadijah menceritakan kejadian atas diri Muhammad, sang paman menyatakan kebenaran dan validitas kenabian Muhammad. Selanjutnya, beberapa hari kemudian, Muhammad diajak Khadijah untuk menghadap pamannya tersebut untuk meminta nasehat. Pada saat itu bahkan Waraqah bin Naufal menyatakan kepastian bahwa suatu ketika nanti dia akan diburu dan diusir oleh kaumnya sendiri, juga pengikut-pengikutnya akan dianiaya atau dibunuh. Dan memang demikianlah yang terjadi dan berlaku kepada semua utusan Tuhan yang membawa risalah kenabian baru seperti juga yang terjadi terhadap Musa, Isa, dan begitu pula dengan Muhammad.

Demikian sekilas uraian mengapa Khadijah menginginkan Muhammad menjadi suaminya, dan juga alasan kenapa dia bersedia menyatakan keislamannya tanpa ragu-ragu dan bimbang diawal perjuangan Muhammad sebagai nabi. Khadijah adalah istri yang paling dicintai Muhammad dibandingkan istri-istrinya yang lain.

Wallahu a’lam bi shawaf.

Sumber :
http://t724626.multiply.com/journal/item/24

 

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih banyak kalau anda mau meluangkan waktunya untuk memberitakan komentar di blog ini.